Alfi Thoyyibah L

Journey

Kemarin hari kamis dapat chat dari Teteh Uli untuk ikutan travelling di Blitar,dia mengajak untuk minggu cuss Blitar sama bebrapa teman semedan perang.Yang membuat saya ilfill adalah ketika dia mengajak mba April dan dia bilang kalo mba April gak mau ikut kalo aku g oikut,tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk saya.Tapi sebenarnya saya sudah paham dengan alasannya si Tante galak (mba April) kenapa dia mau saya ikut.Alasannya jelas karena foto,dia pingin mendapatkan foto yang bagus dari kamera dslr.Minggu pagi katanya jam 07.00 berangkat,jam 3 malem mba Uli chat aku dan dia bilang mba April udah ada dirumahnya.Jam 07.00 aku udah stay di rumah mba Uli dan mba April masih baru bangun,belum mandi,belum catok rambut dan banyak belumnya.Setelah mba April selesai mandi dan masih proses menjadi cantik ternyata kita masih harus menunggu Eka datang.hemm,gak sekali dua kali mereka giniin aku.Kadang kalau kerja mereka suka professional perkara waktu,tapi kalau acara begini suka sak karepe dewe.jam 8.10 kita baru berangkat ke rumah mba Viyan yang sudah masuk kawasan Blitar.Sampai disana ternyata masih juga menunggu konfirmasi bombom ada dimana dan kita mau kemana.Sambil menunggu Bombom mba Viyan mengajak kami untuk kesumber mata air yang ada didekat rumahnya,ceritanya sedang puasa,eh pas liat air jernih dan segernya minta ampun langsung keceplosan buat nyruput itu air dari dari sumbernya langsung,sampai 3 kali tegukkan belum sadar juga kalo klagi puasa.Jarak sumber mata air dari rumah mbak Viyan hanya sekitar 100 meter.Baru sadar setelah kembali untuk pulang kerumah mbak Viyan,pas perjalanan mainan kamera tiba-tiba enggeh kalau lagi puasa,langsung lari dan bilang ke mba Uli,mba Viyan,Eka,dan mba April kalo aku kan puasa kok aku tadi minum,mereka malah tertawa puas dan sangat puas.Setelah sampai dirumah mba Viyan baru Bombom bisa untuk dihubungi.
Bombom sampai dirumah mba Viyan dan kita berangkat,menggunakan 3 motor,aku sama Bombom,Eka sama mba April,dan mba Uli sama mba Viyan.Sayangnya g pake Red_jekku,dia lagi parkir cantik di rumah mba Uli.Tujuan pertama kita adalah Rambut monte,dimana wisata itu berlokasi didaerah Wlingi,Bombompun merasa kesal dengan kami karena Wlingi sendiripun merupakan daerah dekat rumahnya.perjalan dari rumah mbak Viyan menuju rambut monte kurang lebih 1,5 jam.Saat kita hampir sampai didaerah Wlingi tiba-tiba saya ceck hape dan mba Uli sama mba Viyan masih dibelkang karena ban motornya bocor.Aku tany mau ditungguin atau gimana dan dia bilang langsung ke Rambut monte aja nanti ketemu disana,Sampai dirambut monte sudah siang dan sempat hampir terkena macet didaerah menuju Rambut monte.Motor kami parkir dengan 3rb per motor dan tiket masuk 2rb perorang.Belum begitu ramai saat kita datang,kita langsung mencari tempat untuk bombom,eka,dan mba April menggelar makan siangnya.Sayapun sibuk untuk memasang hammock dan kencan dengan kamera saya,sayangnya saya g bawa si Can (Canon kesayangan saya),saya bawanya si Con (Nikon adek saya) jaya feel untuk gambar kurang dapet,emmm kalo orang bilang gak ada kemistri untuk gambarnya yang dihasilkan gambar kurang hidup.Dengan menjadi setan mereka bertiga menggoda saya untuk membatalkan puasa saya dan ikut untuk makan bersama mereka.
Waktu berselang beberapa menit mba Uli menelpon saya dan menanyakan posisi kita ada dimana,dan dia bersama mba Viyan pun datang.Begitu sampai mba Uli malah sibuk mau berendam,mba April ribet untuk ganti baju untuk foto,Eka ribet untuk ganti baju untuk dia bermain air,mba Vian ribet untuk naik hammock,Bombom masih sibuk dengan makanannya dan saya sibuk mengabadikan moment mereka awur-awuran.Kapan lagi pelaku wisata seperti kami berkelakuan seenaknya ditempat wisata kaya gini,biasanya kalaupun ambil foto pasti kita harus menjada etika didepat tamu ataupun pengunjung yang lain,maklum kalau pas kerja biasanya pake sragam atau gak id card dan itu lumayan membuat gerak kita terbatas,hahaha tapi itulah our job,because our job our life,our job our adventure.Mba Uli,Eka,Bombom,dan mba Viyan bermain disungai dekat dengan Rambut monte saya dan mba April mencari spot untuk kita ambil foto.Kostum yang dipakai mba April sih agak g nyaut,apalagi ini dikawasan wisata daerah ya jadi lumayan menarik perhatian.Dia memakai celana pendek dengan tampilan hampir seperti rok,baju minim dan topi.Diwisata Rambut monte banyak sekali muda mudi yang asik berpacaran dimuka umum,namun penampilan kami dan terutama mba April menjadi perhatian tersendiri untuk mereka.Sempat dibuat sebal dengan kelakuan Bombom yang meneriki aku dan mba April ketika kita berada diatas bangunan,Bombom meneriaki kami dengan kata maupun kalimat yang tidak tidak,ini membuat perhatian pengunjung lain terhadap kami semakin menjadi-jadi.Kami merasa mental kami benar-benar diuji oleh bom,berjalan kembali kerumunan mereka kami dengan tertunduk dan mulut ngomel atas ulah Bombom,itupun mulut Bombom tak henti hentinya berteriak.Setelah kembali kemereka kami bergegas untuk melanjutkan ke Sumber dandang yang letaknya tidak jauh dari Rambut monte ini.10 menit berjalan kaki,sampailah di Sumber dandang,rencananya mereka yang tadi berenang akan melanjutkan untuk berenang disini,ternyata Sumber dandang ini memiliki kedalaman yang lumayan.Sayapun bertemu dengan teman saya yaitu konte,dia sedang bersama teman-temannya yang juga berwisata kemari.Mba Viyan dan Eka berenang dengan bantuan ban,mba Uli yang kemudian tidak jadi berenang hanya melihat kelakuan mereka berdua yang aneh ketika berada didalam air.Saya dan mba April menjaga barang dan mba April sibuk untuk berfoto dan selfi.Waktu semakin sore dan kita putuskan untuk next destination.

Sirah kencong menjadi destinasi berikutnya yang akan kita kunjungi,ketika kami bertanya ke pemilik warung yang ada diSumber dandang akses menuju lokasi masih sulit,dan sangat berbahaya apabila menggunakan motor.Tidak menunggu lama kami langsung kembali keparkiran dan beranjak meninggalkan Rambut Monte.20 menit berkendara kami belum menemukan jalan yang berate,sampai dimulai kami memasuki perkampungan yang semakin menanjak jalannya,nah mulailah jalanannya rusak.Berbatu dengan kontur yang tidak rata membuat kami sedikit kesulitan,yang membuat saya sulit saat itu karena saya harus berkenalan yterlebih dahulu dengan motornya Eka yaitu N-max,diama N-maxini memiliki body yang besar sedangkan ban atau yang lainnya masih standart,belum setting untuk adventure.Seketika saya kangen dengan Rad-jek saya,mungkin kalau pake Red-Jek saya sudah sampai Sirah kencong terlebih dulu dengan selisih waktu panjang dengan mba April ataupun mba Viyan.Eka pun saya bonceng terasa tegangnya sampai motor berasa berat sekali.Awalnya mba April dibonceng Bombom namun lama kelamaan mba April berasa kurang nyaman karena Bombom terlihat sekali tidak mampu menghandle motornya,digantilah mba April yang membonceng dan Bombom yang dibonceng.Walaupun jalan sulit tapi emang dasarnya kita adalah orang sowak ya jadilah perjalanan terjal dengan penuh tawa dan keseruan,G bakal lupa deh dengan orang-orang kaya ini.45 Perjalanan sampailah kita di kawasan perkebunan the Sirah Kencong.Pemandangan yang disuguhkan sangat istimewa kalau kata boncengers saya sih seperti  di lembang Bnadung ya,setidaknya saya sudah tahu gambaran di Lembang itu seperti apa dan saya jadi mikir jangan kesana dulu ahahha.Hutan pinus yang mengelilingi kebun the yang masih lebat dan belum terlihat rumah rumah disekitarnya ini adalah bonus yang kami dapatkan.Masuk kawasan Sirah kencong waktu sudah sore  kami harus segera bergegas karena mendung pun juga mengincar.Sampainya disana kami parkir dan langsung naik kekebun untuk mengambil banyak gambar,hanya mengambil gambar dan belum sempat menikmati.30 Menit kita berada di kebun dan kami harus segera kembali turtun kekota sebelum malam datang,jalanan yang harus kami lewati masih panjang dengan kondisi jalan yang belum baik.Sebelum beranjak dari kebun the mba Uli,mba Viyan,dan Eka mengajak untuk membeli the terlebih dahulu,sehingga kami diarahkan petugas parkir untuk kesalah satu warung warga yang menjual produk the olahan asli Sirah Kencong.Awalnya saya hanya mengatar mereka dan tidak enyah dari motor,helmpun tidak saya lepas,tiba-tiba mata saya tertuju dengan tulisan “kopi luwak”.Tulisan itu berada diwarung sebelah dari teman-teman saya membeli the.sambil menunggu mereka membeli the saya turun dari motor dan langsung menghampiri warung tersebut.Saya tanya keibu penjaga warung “bu,permisi apa ada olahan kopi asli sini?ada kopi luwak ya bu? Dan ibunya menjawab “ada mba” ,”saya bisa lihat dan mencium baunya bu,” kemudian saya dikasih tunjuk kopinya,ada yang sudah menjadi bubuk kopi dan ada yang masih berbentuk biji,untuk yang sudah menjadi bubuk kopi perbungkusnya 11rb per 100gram,untuk yang masih berbentuk biji juga ada tapi mohon maaf saya lupa harganya.”Gorengnya ini gimana bu?” “ya digorengnya ya masih manual mba,pake kreweng” saya nyaut “luwaknya liar atau sudah kangdangan bu?” ibunya menjawab tegas “masih liar mba,setiap pagi kita ambil biji kopi dikebun setelah itu kita proses sampai bersih baru digoreng” ,dengan rosting yang masih tradisional dan dihasilkan dari luwak liar ini membuat kopi sirah kencong memiliki taste yang kuat.Insting luwak liar yang kuat mempengaruhi rasa.Arabica adalah jenis kopi yang saya beli.Selesai membeli kopi dan the kami lanjutkan langsung menuju kota,baru ditengah perjalanan maghrib tiba.Mba April yang ada didepan mengajak kami untuk minggir dan memberikan kesempatan kepada kami yang berpuasa untuk membatalkan puasa.Walupun terkenal galak,judes,dan mnyebalkan tapi dialah yang paling care dengan teman-temannya.Begitu sampai diBlitar kota rencananya kami akan ngopi di Gelatto,tetapi waktu tidak berpihak kekita.Gelatto penuh sesak,dan tidak ada tempat lain yang recomen untuk kita ngopi.Lanjut pulang kerumah mba Viyan,Sesampai dirumah mba Viyan Bombom mengambil motor.Mba April boncengan sama mba Uli dan Bombom sama Eka dan saya kembali menjomblo hahaha.Sampainya di mba Uli sambil nunggu bBombom dan eka kita santai sejenak,setelah Eka dan Bombom datang Ekan langsung mengambil motor,sayapun demikian dan kita pulang.selesai deh






                Awal September sepertinya waktu yang tepat untuk melepas penat setelah melewati Agustus dengan penuh perjuangan.Pantai selatan menjadi pilihan denstinasi saya,bukan pantai Sine melainkan Pathok Gebang dimana yang dicari adalah cerita sebuah perjalanan.Berangkat dari rumah jam 7 pagi bersama dengan mas Yoga,Rizki,dan Takul kita on the way beach.Jalur Pantai Sine menjadi pilihan kita,tidak menyebrang sungai dengan perahu warga namun kita menerabas sugai dengan motor kita langsung,untuk menuju sungai kita harus melewati kebun warga,kondisi jalan yang licin karena terguyur hujan membuat kita kesuhan untuk mengendalikan laju motor,sampai dipenyebrangan sungai yang pertama yang biasa kita lewati ternyata air terlampau tinggi dan jelas motor kita akan tenggelam untuk melewatinya.Kita cari opsi penyebrangan yang lain,kita susuri sungai dan kita coba setiap penyebrangan yang biasa dipakai warga.Akhirnya ada 1 penyebrangan yang dangkal,namun untuk motor turun kesungai harus diangkat agar ban tidak tertanam dipasir sungai.Sebelum meninggalkan sungai kita sempatkan sebentar saja untuk sekedar mencuci kaki dan bermain air.
                Lanjut perjalanan menuju Pantai Sanggar,sebelum kita masuk keportal dan masuk keperkampungan kita sempat dimintai informasi oleh warga yang akan menyebrang kePantai Sine mengenai kondisi jalan dan sungai,karena tadi malam memang terjadi hujan lebat sehingga mereka khawatir sungai meluap dan mereka tidak bisa untuk melewatinya.Jalanan menuju ke Sanggarpun cukup sulit dengan kondisi jalan basah dan licin,sampai portal kita membayar seikhlasnya dikotak yang sudah disediakan warga.Menurut informasi uang hasil portal akan digunakan untuk memperbaiki jalan menuju ke Pantai,sampai saat ini kami mengunjungi pantai Sanggar Alhamdulillah memiliki prospek yang baik.Sedikit demi sedikit jalan setapak yang dulu jauh lebih sulit sekarang sudah lebih baik dengan dicor dan diperlebar sedikit,namun kita harus tetap hati hati karena jalanan menuju pantai ini cukup sempit dengan lebar kurang lebih 1 meter.Kiri jurang dan pasti kanan adalah tebing,tebingnyapun bukan batu melainkan tanah jadi ketika hujan sangat rawan untuk longsor.Hampir 80% hutan di Tulungagung ini sudah gundul dan berubah menjadi lahan pertanian,pengelolaannya bukan terasiring melainkan teras miring.Tidak ada akar yang menahan laju air yang turun,sehingga tanahpun tergerus apalagi jenis tanahnya yang gempur.20 menit perjalanan sampailah kita di pantai Sanggar,sesampainya disana kita parkir dan sarapan.Ngopi menjadi hal yang tidak bisa kita lewati,selesai itu kita langsung lanjutkan  dengan berjalan kaki menuju ke pantai Patjok gebang.Naik turun gunung menjadi pemandangan menarik untuk perjalanan kita,menurut informasi warga di Sanggar perjalanan menuju Pathok Gebang kurang lebih 1 jam.Cuaca yang panas tidak menyurutkan kita untuk berjalan menyusuri ladang dan hutan,sempat kesulitan mencari jalur ke Pathok gebang sampai harus berjalan bolak balik mencari jalur namun akhirnya kita bisa lanjut dan sampailah kita di Pathok gebang.Perjalanan kita memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.

                Sampah yang menggunung dibibir pantai,pemancing,dan beberapa pengunjung menjadi figuran pemandangan.Bisa dikatakan masih alami,namun dengan adanya sampah dari laut yang menepi ke pantai membuat pemandangan jauh lebih menyedihkan.Laut selatan dengan bentuk pantai dari teluk membuat sampah berkumpul dan menggunung,hampir semua sampah adalah sampah plastic dan beberapa sterovom,jelas sangat merugikan dengan adanya sampah.Kita langsung mencari tempat untuk berteduh,terik matahari seperti mengancam keberadaan kita.Ombak yang  menerjang karang tentu saja menjadi hal menarik untuk kita.Meletakkan barang bawaan dipinggir karang dan flysheetpun dipasang untuk melindungi dari terik dan kamera disiapkuan.Menunggu ombak datang dengan kamera yang standby menjepret moment membuat suasanan semakin seru karena cukup lama untuk mendapat moment ombak besat dan kemudian muncrat kepermukaan.1,5 jam cukup untuk kita seru-seruan di Pathok gebang,dan kita harus bergegas untuk pulang mumpung matahari masih tampak.Jalur pulang yang kita ambil bukan jalur kita berangkat,untuk jalur pulang menurut warga adalah jalur yang biasa dilewati oleh motor.Benar saja ketika kita berjalan kembali ke Pantai Sanggar kita berpapasan dengan beberapa motor,namun motor mereka memang motor yang sudah disetting sedemikian rupa untuk menghadapi medan seperti jalur menuju Pathok gebang ini.1 jam oerjalanan pulang dan sampailah diparkiran pantai Sanggar.Sesampai disanggar kita melepas lelah sebentar dengan memesan minum.Usai dari Sanggar kita langsung bergegas untuk kembali pulang dan mampir sebentar di pantai Sine untuk menambah asupan gizi dengan makan ikan asap mak Marem.Sekitar Maghrib kita baru sampai di Tulungagung kota,dan kitapun berpisah untuk pulang kerumah-masing masing.